Setelah pembentukan UPZ Pemprov Banten  pada tanggal 29 Mei 2019,  sampai dengan 21 Juni 2019, realisasi pengumpulan zakat ASN di lingkungan Pemprov Banten sudah mencapai Rp 828.590.630 atau 29,59 % dari potensi.  Sungguh suatu awal yang baik walau masih jauh dari target potensi yang diharapkan. Agar pengumpulan zakat ASN terus meningkat, masih banyak yang harus dipandu, masih banyak pihak yang harus diingatkan dan masih banyak prosedur yang harus ditempuh serta diperbaiki.

Pencapaian 29,59 % memang belum terlalu besar tapi  sudah jadi langkah yang bagus, mengingat umur UPZ juga belum genap sebulan.  Mengapa pencapaiannya masih kecil ?  Karena  memang kita punya target yang tinggi.  Dari realisasi zakat ASN Pemprov Banten yang biasanya hanya mencapai 4 M/tahun, UPZ Pemprov Banten menargetkan dapat mengumpulkan zakat ASN sebanyak 34 M/tahun.  Target yang tinggi tapi bukan muluk-muluk, karena potensinya ada, real tinggal digali dan dikelola dengan baik.

Mengapa pencapaiannya belum 100 % ? Karena memang tidak ada kerja besar yang selesai sekali jadi.  Karya besar lahir dari perjalanan yang panjang, kadang berliku.  Bahkan mungkin harus menempuh badai terlebih dahulu.  Ingatlah kisah sukses Kolonel Sanders yang ditolak 1.009 kali sebelum KFC sukses seperti sekarang, atau Stephen King  penulis buku-buku best seller yang sekarang mengantongi pendapatan hingga US$ 350 juta,  pernah mengalami penolakan penerbit hingga 30 kali. Atau Thomas Alfa Edison, sang penemu mengalami   kegagalan sampai ratusan kali sebelum ia menghasilkan penemuan lampu bohlam yang menerangi dunia seperti sekarang.  Kalau ia menyerah mungkin dunia saat ini gelap. Ucapannya yang paling terkenal adalah, "Aku tidak gagal, aku hanya menempuh 10.000 jalan yang tidak berjalan dengan baik.

Banyak lagi tokoh besar lain seperti Albert Einstain, Jak ma, Michael Jordan, Walt Disney yang menghasilkan prestasi besar, dan prestasi itu dihasilkan dari kerja tekun terus menerus, kadang mengalami kegagalan di awal tapi lalu diperbaiki, kadang menghadapi penolakan tapi mereka tak menyerah.

Bahkan Al-quran pun memberi contoh kegagalan dalam dua kekalahan yang dialami kaum muslimin, yaitu perang uhud dan perang Hunain. Kaum muslimin menderita kekalahan pada dua perang tersebut.  Kekalahan itu Allah abadikan untuk dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang berpikir.  Kekalahan tersebut tidak membuat kaum muslimin surut, kekurangan yang menjadikan kalah diperbaiki sampai akhirnya kemenangan total diraih dengan Futuh Mekah.

Prestasi besar lahir dari perbaikan kerja terus menerus, dari hari kehari, minggu ke minggu, bulan ke bulan.  Bukan dari kerja simsalabim dengan satu pertemuan rapat, satu tolok ukur kegiatan, seperti yang biasanya dilakukan kebanyakan instansi pemerintah.  Dengan satu kali rapat  dalam satu tolok ukur kegiatan dianggap permasalahan bisa selesai.  Itulah mengapa banyak permasalahan di masyarakat terkatung-katung, tidak menunjukan arah perbaikan seperti di tulis dengan indah dalam target kinerja instansi tersebut.  Karena mereka bekerja seakan percaya dengan teknik simsalabim seperti cerita sangkuriang. Padahal semua cerita simsalabim itu adalah  bohong. 

Sudah saatnya para aparatur merubah cara kerja yang simsalabim.  Sudah saatnya para aparatur bekerja dengan runut, tekun melakukan perbaikan pada hal apapun, bukan hanya dengan sekali sentuh lalu ditinggalkan, dan merasa berhasil dengan tumpukan SPJ dan laporan di dalam laci.  Tidak bisa persoalan selesai dengan cara kerja simsalabim seperti itu, tapi harus dengan diikuti  monitoring, evaluasi dan perbaikan yang terus menerus dan kontinyu sampai benar-benar ditemukan jalan keluar dan perbaikan dari masalah yang dihadapi tersebut. Disitulah fungsi manusia sebagai khalifah dan makhluk yang berfikir benar-benar diamalkan, dengan cara berfikir dan bekerja runut. Bukan dengan simsalabim satu kali rapat. Semoga bisa menjadi bahan renungan.

Sedikit meramaikan wacacana pemindahan ibu kota dan teori bagaimana memanfaatkan keunggulan geografis anugerah Yang Maha Kuasa  untuk mencapai titik yang paling optimal.  Jadi tidaknya ibu kota dipindahkan sepertinya akan ditentukan keputusan politik presiden.  Tapi dari sudut pandang ilmu pengetahuan,  memutuskan sesuatu yang baru apalagi besar dan penting, seyogyanya sudah dilakukan melalui kajian-kajian mendalam dan didasarkan pada landasan teori yang kuat dan sahih.  Karena dasar kajian dan landasan teori tersebut yang sekarang belum terdengar kuat, sehingga tidak salah jika banyak yang masih ragu dan menilai lebih kental gimmick politiknya.

Jika ibu kota jadi dipindahkan, salah satu yang bisa dititipkan dan harus menjadi perhatian adalah bagaimana agar ibu kota yang baru tersebut harus bisa menjadi percontohan pemanfaatan ruang dan pengelolaan lahan yang paling optimal. Mulai dari aspek ekonomi, lingkungan maupun sosial.  Ahli perencanaan wilayah mungkin dapat menghitung pengaruh-pengaruh pembentukan pusat pertumbuhan baru terhadap wilayah sekitar maupun Indonesia secara umum.

Akan jadi cita-cita yang sungguh indah, jika tempat yang baru tersebut  bisa menjadi template pembuktian teori teori para ahli, cerdik pandai yang bertebaran di seluruh nusantara. Mulai dari ahli agama, perencanaan, pertanian, kehutanan, tata kota, lingkungan, inprastruktur, pendididikan, ekonomi, sosial, budaya dan masih banyak lagi. Jika peran para ahli ini bisa difasilitasi dan dirangkum dengan baik, tidak berlebihan jika kemampuannya mungkin akan mengalahkan strategi-strategi para Avenger.

Jangan lupa bahwa pengelolaan lahan di negeri ini, saat ini masih banyak yg belum optimal. Atau kalaupun dimanfaatkan masih banyak yang manfaatnya jauh dari potensi optimalnya.  Masih banyak lahan yang dibiarkan kosong dan terlantar oleh pemiliknya.  Baik pemilik perorangan maupun badan usaha, baik pemilik yang kecil maupun konsesi besar, baik swasta maupun pemerintah. Padahal kita dianugerahi peluang memanen cahaya matahari sepanjang tahun, padahal kita banyak SDM menganggur yang bisa diberdayakan, padahal sudah cukup banyak orang pintar berpendidikan. 

Memang harus ada kebijakan yg lebih berani terkait pemanfaatan lahan agar anugrah dari Tuhan berupa lahan, cahaya matahari, air, dan tenaga kerja yang melimpah tidak terbengkalai percuma.  Bahkan salah-salah pengelolaan malah anugerah tersebut berbalik  menjadi bencana. Banjir dan kebakaran hutan terjadi setiap tahun di negeri ini.   Anugerah melimpah yang berubah menjadi bencana ini sudah cukup menjadi bukti bahwa sudah terlalu banyak kesalahan urus yang terjadi.

 Apakah kita masih tergolong orang-orang yang berfikir? Mari kita putuskan baik-baik lalu kita bersama melangkah dengan penuh keyakinan. Dan itu bisa dilakukan berdasarkan landasan teori ilmu pengetahuan bukan dengan gimmick politik.